Rabu, 25 Januari 2012

teknik clustering dalam pembelajaran menulis puisi


A.      Judul Penelitian
            Judul penelitian ini adalah “Efektivitas Teknik Clustering (Pengelompokan) dalam Pembelajaran Menulis Puisi (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VIII SMPN 10 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012)”.

B.       Latar Belakang Masalah
Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek penting, yaitu (1) keterampilan mendengarkan (listening skills), (2) keterampilan berbicara (speaking skills), (3) keterampilan membaca (reading skills), dan (4) keterampilan menulis (writing skills). Keempat keterampilan tersebut saling berkaitan, tidak dapat dipisahkan.
Mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam puisi bebas merupakan Standar Kompetensi dalam menulis untuk siswa SMP dan MTs. Standar Kompetensi tersebut ada pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII Semester 2 dengan Kompetensi Dasar menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai. Berangkat dari hal tersebut, kita mengetahui keterampilan menulis puisi merupakan pembelajaran yang harus dikuasai siswa.
Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek penting dalam proses komunikasi (Tarigan, 1994: 19), karena dengan menulis kita bisa menyampaikan ide-ide atau perasaan kita yang dapat kita tuangkan ke dalam tulisan. Melalui menulis, kita dapat mengekspresikan berbagai macam ekspresi yang kita rasakan seperti perasaan senang, sedih, kecewa, putus asa, menyerah atau yang lainnya. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa (Tarigan, 1994: 21).
Abercrombie (2008: 157) juga menyatakan bahwa rasa takut musuh nomor satu dalam menulis. Lebih lanjut Abercrombie (2008: 157) menyatakan bahwa rasa takut dapat melumpuhkan kita sehingga kita hanya bisa memandangi kertas kosong atau layar komputer saja. Ini memperkuat bahwa menulis tidak semudah yang kita bayangkan, dengan adanya ide untuk menulis namun ketika dituangkan ke dalam secarik kertas terkadang kita menemukan kesulitan. Adanya perasaan takut salah, takut kurang enak ketika diperdengarkan kepada orang lain, bahasa yang monoton menjadi sebab seseorang takut untuk memulai menulis. Alwasilah (2005: 42) juga mengungkapkan sebagai berikut:
Menulis tidak sesederhana dan semudah membalikan telapak tangan. Menulis tidak hanya menuangkan kata-kata atau ucapan belaka. Artinya, tulisan tidak sama dengan ujaran. Tulisan melibatkan kerja keras.

Keterampilan menulis  merupakan  kemampuan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan memakai bahasa tulisan yang baik sesuai kaidah kebahasaan. Selain itu, menulis harus dilakukan secara efektif dan efisien, mengingat menulis merupakan kegiatan produktif dan ekspresif.
Sekait dengan menulis sebagai salah satu aspek berbahasa dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMP dan MTs, siswa dituntut untuk mampu mengorganisasikan pemikiran, ide, dan perasaannya dalam berbagai bentuk tulisan baik sastra maupun non sastra. Salah satu tulisan dalam ranah sastra adalah puisi.
Menulis puisi adalah kegiatan menulis yang bersumber dari pengalaman maupun imajinasi yang penuh makna dan bernilai seni. Puisi itu karya estetis yang bermakna, yang mempunyai arti, bukan hanya sesuatu yang kosong tanpa makna (Pradopo, 2009:3). Lebih lanjut Pradopo (2009: 7) menyatakan bahwa puisi merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan.
Penelitian tentang menulis puisi banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Penelitian itu di antaranya oleh Megasari (2011) dengan judul “Penerapan Metode Waking Hypnosis dalam Pembelajaran Menulis Puisi (Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas VII SMPN 44 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011)”. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa metode waking hypnosis efektif diterapkan dalam pembelajaran puisi.
Penelitian yang sejenis juga dilakukan oleh Sartika (2010) dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan Teknik Akrostik pada Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Cimahi Tahun Ajaran 2009/2010”. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa penggunaan teknik akrostik dalam pembelajaran puisi mampu mengarahkan siswa dalam kegiatan menulis puisi dan mampu mengatasi kesulitan siswa dalam pembelajaran menulis.
Kemudian Ismahani (2011) pun mengadakan penelitian dengan judul “Penggunaan Teknik P4 (Pencarian Ide, Perenungan, Penulisan dan Perbaikan) dalam Keterampilan Menulis Puisi”. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa teknik P4 juga mampu memberikan peningkatan kepada siswa dalam menulis puisi karena teknik ini memiliki empat kegiatan dasar, yaitu pencarian ide, perenungan, penulisan, dan perbaikan.
Penelitian-penelitian di atas dilakukan semata-mata karena adanya permasalahan pembelajaran khususnya kendala dalam menulis puisi. Oleh karena itu, penelitian-penelitian tersebut menyatakan bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh guru selama ini dinilai kurang kreatif. Rendahnya kemampuan menulis puisi disebabkan oleh pembelajaran yang diciptakan dinilai kurang efektif, baik dalam hal metode-metode pengajarannya, strategi yang kurang tepat untuk diberikan kepada siswa, maupun teknik-teknik pembelajaran yang dinilai kurang kreatif dan membosankan. 
Sangadji (2011) memaparkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan pembelajaran menulis puisi tidak lagi bersifat aktif dan produktif.
Faktor yang dapat menyebabkan pembelajaran menulis puisi tidak lagi bersifat aktif dan produktif di antaranya: (1) tidak semua guru bahasa memiliki kegemaran terhadap menulis puisi, (2) mengajarkan menulis puisi tidak hanya berkaitan dengan kemampuan menggunakan bahasa, tetapi juga berhubungan dengan penggalian bahasa, norma, dan nilai-nilai estetika, dan (3) sikap berpikir inovatif dan kreatif yang belum tumbuh pada guru sebagai upaya mengembangkan diri.

Beberapa faktor permasalahan di atas, timbul keinginan peneliti untuk menerapkan teknik clustering dalam pembelajaran menulis puisi. Penelitian ini menitikberatkan teknik clustering dalam pembelajaran menulis puisi karena teknik clustering digunakan untuk mengatasi hambatan dalam aktivitas menulis yang sering dialami oleh siswa. DePorter (2007) berpendapat bahwa teknik clustering sangat efektif dan menyenangkan, sehingga mampu memberikan sugesti yang positif dalam pembelajaran menulis. Teknik clustering mampu mengaktifkan peranan otak kanan sebagai munculnya ide-ide baru yang bergairah dan emosi yang kerap diabaikan fungsinya. Teknik clustering ini juga sangat berguna untuk mengembangkan ide yang biasa-biasa saja menjadi ide yang luar biasa. Dengan teknik clustering, ide yang telah dibuat bisa menjadi ide yang bercabang-cabang. Terkadang, sifat pengembangan ide ini benar-benar bebas memanfaatkan otak kanan yang menyukai kebebasan yang bersimbolkan gambar. DePorter (2007:184) juga menyatakan bahwa ketika Anda menjadi lebih akrab dengan teknik ini, Anda akan mulai melihat suatu fenomena aneh dan menakjubkan.
Penelitian teknik clustering dalam pembelajaran menulis ini juga pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dalam pembelajaran menulis karangan narasi oleh Hikmawati (2010). Hasilnya penelitian tersebut menunjukan bahwa teknik clustering ini mampu meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi siswa. Namun, peneliti ingin mengujicobakan kembali teknik ini dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi. Penelitian kali ini dilakukan untuk menyempurnakan penelitian sebelumnya dengan subjek yang berbeda dan dengan keterampilan menulis yang berbeda pula. Oleh karena itu, peneliti mencoba melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Teknik Clustering (Pengelompokan) dalam Pembelajaran Menulis Puisi (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VIII SMPN 10 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012)”.

C.      Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti dapat mengidentifikasikan masalah sebagai berikut.
1.        Pembelajaran menulis puisi dianggap sebagai pembelajaran yang sulit bagi sebagian siswa dan siswa takut untuk memulai menulis.
2.        Teknik yang digunakan dalam pembelajaran menulis puisi dinilai masih lemah.
3.        Siswa merasa jenuh dan bosan jika pembelajaran kurang kreatif sehingga siswa merasa kesulitan dalam menuangkan ide atau gagasan yang harus dituangkan dalam puisi.
D.      Pembatasan Masalah
Setelah mengidentifikasikan permasalahan yang ada, peneliti akan membatasi masalah-masalah tersebut. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini hanya difokuskan pada pengaruh teknik clustering terhadap kemampuan menulis puisi siswa SMP kelas VIII Semester II.

E.       Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut.
1.        Bagaimanakah kemampuan siswa kelas VIII dalam menulis puisi sebelum dan sesudah diterapkan teknik clustering?
2.        Bagaimanakah kemampuan siswa kelas VIII dalam menulis puisi sebelum dan sesudah diterapkan metode diskusi?
3.        Adakah perbedaan yang signifikan pada siswa kelas VIII dalam menulis puisi antara sebelum dan sesudah diterapkan teknik clustering dan metode diskusi?

F.       Tujuan Penelitian
Dengan diadakannya penelitian ini, peneliti ingin mengetahui hal-hal berikut:
1.        kemampuan menulis puisi siswa kelas VIII sebelum dan sesudah diterapkan teknik clustering,
2.        kemampuan menulis puisi siswa kelas VIII sebelum dan sesudah diterapkan metode diskusi, dan
3.        perbedaan yang berarti pada siswa kelas VIII dalam menulis puisi antara sebelum dan sesudah diterapkan teknik clustering dan metode diskusi.

G.      Manfaat Penelitian
Adapaun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif pemilihan teknik dalam pembelajaran menulis puisi.
2.      Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi.
3.      Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kemampuan menulis puisi setelah menggunakan teknik clustering dalam pembelajaran menulis puisi.

H.      Landasan Teoretis
Beberapa teori yang melandasi penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.        Menulis
Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif sehingga dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak dengan bertatap muka dengan orang lain (Tarigan, 1994). Karena keterampilan menulis merupakan keterampilan yang tidak datang dengan sendirinya, penulis harus dapat memanfaatkan struktur bahasa dan kosakata yang baik serta aspek linguistik lainnya. Oleh karena itu, diperlukan latihan dan praktik yang banyak dan teratur agar menjadi seorang penulis. Sehubungan dengan ini, Tarigan (1994:8) mengungkapkan sebagai berikut:
Menulis, seperti juga halnya keterampilan berbahasa lainnya, merupakan suatu proses perkembangan. Menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, latihan, keterampilan-keterampilan khusus, dan pengajaran langsung menjadi seorang penulis. Menuntut gagasan-gagasan yang tersusun secara logis, diekspresikan dengan jelas, dan ditata secara menarik.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi penulis membutuhkan keterampilan, pengalaman, kesempatan, waktu, latihan, dan katerampilan-keterampilan khusus yang lainnya, karena bila kita sudah terampil dalam menulis kita termasuk ciri orang atau bangsa yang terpelajar.

2.        Puisi
a.         Pengertian puisi
Terdapat beberapa definisi mengenai puisi dari para ahli.
1)        Altenbernd (dalam Pradopo: 2009) puisi adalah pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran (menafsirkan) dalam bahasa berirama (bermetrum)
2)        Shanon Ahmad (dalam Pradopo, 2009:6) mengumpulkan definisi-definisi puisi yaitu:
(a) Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi sebagai kata-kata yang terindah dalam susunan terindah, (b) Carlyle berkata, puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal, (c) Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan, (d) Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang bercampur-baur, (e) Dunton berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama, dan (f) Shelley mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup kita.

Dari beberapa pengertian puisi menurut para ahli diatas, terlihat adanya perbedaan pikiran mengenai pengertian puisi. Namun, perbedaan unsur-unsur tersebut dapat dipadukan sehingga akan didapati pengertian puisi yang sebenarnya. Unsur-unsur tersebut berupa emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata-kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur. Jadi, puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan yang merangsang imajinasi pancaindera dalam susunan yang berirama (Pradopo, 2009:7).

b.        Unsur-unsur Pembentuk Puisi
1)        Struktur fisik, meliputi: diksi (pilihan kata), pengimajinasian (imagery/citraan), kata konkret (penyebab terjadinya imaji), majas (bahasa figuratif), verifikasi (rima, ritma dan metrum), dan tipografi (tata wajah puisi).
2)        Struktur batin, meliputi: tema, perasaan, amanat, serta nada dan suasana.

c.         Teknik Pembelajaran Puisi dengan Teknik Clustering
Teknik clustring merupakan salah satu teknik yang bermetodekan Quantum Learning. Metode belajar Quantum Leraning dikemukakan oleh Bobbi DePorter dan Mike Hernacki yang pada awalnya bertolak pada metode sugestopedia. Teknik clustering (pengelompokan) adalah suatu cara memilah gagasan-gagasan dan menuangkannya ke atas kertas secepatnya, tanpa pertimbangan (DePorter, 2007:181). Teknik clustering ini bertujuan untuk mengembangkan ide biasa-biasa saja menjadi ide yang variatif.

I.         Anggapan Dasar
Adapun anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.        Pembelajaran menulis puisi merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa SMP kelas VIII.
2.        Pembelajaran menulis puisi harus dilakukan dengan total dan sungguh-sungguh sesuai dengan tujuan pembelajaran.
3.        Penggunaan teknik yang tepat menjadi faktor penentu keberhasilan pembelajaran menulis puisi khusunya.

J.        Hipotesis
Hipotesis awal yang  diajukan dalam penelitian ini adalah:
H0= tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kemampuan menulis puisi siswa setelah diterapkan teknik clustering.
H1= terdapat perbedaan yang signifikan pada kemampuan menulis puisi siswa setelah diterapkan teknik clustering.

K.      Definisi Operasional
Agar tidak menimbulkan kesalahan pemahaman dalam penelitian ini, peneliti perlu mendefinisikan beberapa konsep kunci dalam penelitian ini. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.
1.        Pembelajaran menulis puisi adalah proses pembelajaran yang bersumber dari pengalaman maupun imajinasi yang penuh makna dan bernilai seni.
2.        Teknik clustering adalah suatu teknik dengan cara memilah gagasan-gagasan dan menuangkannya ke atas kertas secepatnya, dan membuat ide yang biasa-biasa saja menjadi ide yang variatif.
3.        Puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata imajinatif dan kaya akan makna serta bernilai seni dengan cara mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan kemudian mengubahnya dalam wujud yang paling berkesan.

L.       Metodologi Penelitian
Pada bagian ini akan dijelaskan metode penelitian, teknik dan instrumen penelitian, serta sumber data yang digunakan dalam penelitian. Penjelasan tersebut adalah sebagai berikut.
1.        Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen kuasi dengan bentuk desain nonequivalent control group design. Di dalam desain ini kelompok ekperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random (Sugiono, 2011: 79). Pola penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
E          : O1      X         O2
K         : O3                  O4

Keterangan:
E          : Kelompok kelas eksperimen
K         : Kelompok kelas kontrol/pembanding
O1        : Tes awal kelas eksperimen
O2        : Tes akhir kelas eksperimen
O3        : Tes awal kelas kontrol
O4        : Tes akhir kelas kontrol
X         : Perlakuan pembelajaran yang dilakukan pada kelas eksperimen dengan teknik Clustering


2.        Teknik Penelitian
Teknik dalam penelitian ini mencakup teknik pengumpulan data dan teknik pengolahan data. Penjelasan mengenai kedua cakupan tersebut adalah sebagai berikut.
a.        Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi tes dan nontes. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
1)        Tes
Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif atau penguasaan materi pembelajaran setelah diberikan penjelasan materi pelajaran oleh guru.
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes kemampuan dengan format tes uraian bebas. Tes ini dilakukan pada pretes dan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes ini dilakukan untuk mengetahui dan mengukur nilai rata-rata siswa dalam menulis puisi sebelum dan sesudah penerapan teknik clustering pada kelas eksperimen, dan mengetahui dan mengukur nilai rata-rata siswa dalam menulis puisi sebelum dan sesudah penerapan metode diskusi pada kelas kontrol.
2)        Nontes
Instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar observasi dan daftar tanya melalui teknik angket. Observasi adalah skala penilaian yang akan diisi oleh pengamat pada saat penelitian berlangsung. Observasi digunakan untuk mengamati kegiatan pembelajaran dikelas. Objek yang diamati adalah aktivitas guru dalam menyampaikan materi pembelajaran menulis puisi dengan teknik clustering di kelas eksperimen dan materi pembelajaran menulis di kelas kontrol dengan menggunakan metode diskusi. Selain itu, observasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh teknik clustering terhadap kemampuan menulis puisi siswa. Instrumen nontes lainnya berupa berupa daftar tanya dalam bentuk angket. Instrumen ini digunakan untuk memperoleh informasi dari responden mengenai pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan teknik clustering.

b.        Teknik Pengolahan Data
Setelah data terkumpul melalui tes awal dan tes akhir, langkah selanjutnya adalah pengolahan data dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan rumus statistik. Adapun langkah-langkah pengolahan data adalah sebagai berikut.
1.        Menilai dan menganalisis data tes awal dan tes akhir. Langkah-langkah analisis datanya adalah sebagai berikut.
a)      Menganalisis hasil tulisan siswa.
b)      Menentukan skor tes awal dan tes akhir, kemudian menentukan nilai dengan rumus:
Nilai skor =  x 100
c)      Mendeskripsikan hasil tes awal dan tes akhir.
2.        Melakukan uji reliabilitas antarpenimbang tes awal dan tes akhir untuk mengetahui tingkat korelasi antarpenimbang dengan menggunakan rumus berikut.
R11=
Keterangan:
R= reliabilitas
Vt= varians testi
Vkk= variansi kekeliruan
3.        Melakukan uji normalitas nilai menulis puisi siswa hasil tes awal dan tes akhir. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang terkumpul tersebar secara normal atau tidak. Hal ini berkaitan dengan sampel yang diambil. Melalui Uji normalitas peneliti bisa mengetahui apakah sampel yang diambil mewakili populasi ataukah tidak.  Untuk mengetahui distribusi skor pretest-posttest terdistibusi normal atau tidak dapat diketahui dengan menggunakan rumus chi kuadrat (χ2), langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1)        Menentukan rentang (r), dengan rumus:
r = skor maksimum – skor minimum
2)        Menentukan banyaknya kelas interval (k) :
k = 1 + 3,3 log N
3)        Menentukan panjang kelas interval (p):
4)        Menentukan tabel distribusi frekuensi.
5)        Menentukan batas kelas interval untuk menghitung luas di bawah kurva normal.
6)        Menghitung rata-rata hitung.
7)        Menentukan standar deviasi, dengan menggunakan rumus:
8)        Menghitung z-score, dengan rumus:
9)        Menentukan luas di bawah kurva normal (l).
10)    Menentukan frekuensi yang diharapkan (Ei), dengan Ei = N l
11)    Membuat daftar frekuensi pengamatan (Oi)
12)    Menghitung nilai chi kuadrat (), dengan

2 komentar:

  1. maaf, kalau boleh tahu pendapat bebi de porter :

    . DePorter (2007) berpendapat bahwa teknik clustering sangat efektif dan menyenangkan, sehingga mampu memberikan sugesti yang positif dalam pembelajaran menulis. Teknik clustering mampu mengaktifkan peranan otak kanan sebagai munculnya ide-ide baru yang bergairah dan emosi yang kerap diabaikan fungsinya. Teknik clustering ini juga sangat berguna untuk mengembangkan ide yang biasa-biasa saja menjadi ide yang luar biasa. Dengan teknik clustering, ide yang telah dibuat bisa menjadi ide yang bercabang-cabang. Terkadang, sifat pengembangan ide ini benar-benar bebas memanfaatkan otak kanan yang menyukai kebebasan yang bersimbolkan gambar. DePorter (2007:184) juga menyatakan bahwa ketika Anda menjadi lebih akrab dengan teknik ini, Anda akan mulai melihat suatu fenomena aneh dan menakjubkan.

    merupakan buku yang berjudul apa dan halaman berapa, terima kasih..

    BalasHapus
  2. Assalamualaikum. Kak, perkenalkan saya Wildan mahasiswa tahun akhir disalah satu perguruan tinggi di Sumbar.
    Saya sedang menggarap skripsi dengan metode yang hampir sama dengan kakak. Bisa saya berdiskusi lebih lanjut dengan kakak?

    BalasHapus