Kamis, 22 Maret 2012

bab 2


BAB 2
PEMBELAJARAN MENULIS PUISI
DAN MEDIA FILM PENDEK
2.1  Menulis
2.1.1 Pengertian menulis
Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif sehingga dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak dengan bertatap muka dengan orang lain (Tarigan, 1994). Karena keterampilan menulis merupakan keterampilan yang tidak datang dengan sendirinya, penulis harus dapat memanfaatkan struktur bahasa dan kosakata yang baik serta aspek linguistik lainnya. Oleh karena itu, diperlukan latihan dan praktik yang banyak dan teratur agar menjadi seorang penulis. Sehubungan dengan ini, Tarigan (1994:8) mengungkapkan sebagai berikut:
Menulis, seperti juga halnya keterampilan berbahasa lainnya, merupakan suatu proses perkembangan. Menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, latihan, keterampilan-keterampilan khusus, dan pengajaran langsung menjadi seorang penulis. Menuntut gagasan-gagasan yang tersusun secara logis, diekspresikan dengan jelas, dan ditata secara menarik.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi penulis membutuhkan keterampilan, pengalaman, kesempatan, waktu, latihan, dan katerampilan-keterampilan khusus yang lainnya, karena bila kita sudah terampil dalam menulis kita termasuk ciri orang atau bangsa yang terpelajar.

2.1.2 Jenis-Jenis menulis
Secara garis besar ada 3 jenis menulis, yaitu menulis fiksi, faksi dan nonfiksi. Masing-masing jenis menulis dapat diuraikan sebagai berikut.
1.        Fiksi
Fiksi adalah tulisan yang berangkat dari khayalan atau imajinasi. Dalam jenis menulis ini penulis bebas berimajinasi. Nama tokoh, peristiwa dan tempat kejadian merupakan hasil imajinasi penulis. Walaupun demikian, tetap ada kemungkinan terjadi persamaan antara imajinasi penulis dengan kenyataan yang pernah terjadi di suatu tempat. Termasuk dalan jenis menulis fiksi ini adalah cerita pendek (cerpen), cerita bersambung (cerbung), novelet, novela, novel dan puisi.
2.      Non Fiksi
Non fiksi adalah tulisan yang berdasarkan informasi, data, dan fakta yang benar-benar terjadi. Data dan fakta itu harus dipaparkan dengan benar tanpa rekayasa atau ditambahi imajinasi penulis. Termasuk dalam jenis menulis ini adalah berita, artikel, feature (tulisan khas), opini, tajuk, rencana, resensi, reportase, biografi, otobiografi dan karya tulis ilmiah. Penulis harus dapat mempertanggungjawabkan hal yang dipaparkannya dalam tulisan jenis nonfiksi ini.
3.      Faksi (Fakta-Fiksi)
Jenis menulis yang belakangan ini banyak digunakan yaitu menulis faksi. Faksi (fakta-fiksi) ini memadukan dua jenis menulis fiksi dan nonfiksi, membuat cerita fiksi berdasarkan kisah nyata, membuat fakta menjadi sebuah karya fiksi. Dalam bentuk faksi ini, penulis diperbolehkan menambah “bumbu-bumbu penyedap” agar cerita semakin enak dibaca.
2.2  Puisi
2.2.1   Pengertian Puisi
Terdapat beberapa definisi mengenai puisi dari para ahli.
1)             Altenbernd (dalam Pradopo: 2009) puisi adalah pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran (menafsirkan) dalam bahasa berirama (bermetrum)
2)             Shanon Ahmad (dalam Pradopo, 2009:6) mengumpulkan definisi-definisi puisi yaitu “(a) Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi sebagai kata-kata yang terindah dalam susunan terindah, (b) Carlyle berkata, puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal, (c) Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan, (d) Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang bercampur-baur, (e) Dunton berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama, dan (f) Shelley mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup kita.
Dari beberapa pengertian puisi menurut para ahli diatas, terlihat adanya perbedaan pikiran mengenai pengertian puisi. Namun, perbedaan unsur-unsur tersebut dapat dipadukan sehingga akan didapati pengertian puisi yang sebenarnya. Unsur-unsur tersebut berupa emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata-kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur. Jadi, puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan yang merangsang imajinasi pancaindera dalam susunan yang berirama (Pradopo, 2009:7).
2.2.2   Unsur-Unsur Pembangun Puisi
2.2.2.1 Struktur Fisik (Metode Puisi)
1.        Diksi
Pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya sangatlah penting, karena berpengaruh pada kesatuan bahasa. Pilihan diksi yang tepat dalam puisi akan menghasilkan rangkaian bunyi yang merdu, makna yang dapat menimbulkan rasa estetis (keindahan), dan kepadatan bayangan yang akan menimbulkan kesan mendalam. Pemilihan diksi yang tepat akan mampu mengungkapkan apa yang dirasakan oleh penyair dalam puisinya. Sejalan dengan pendapat Altenbernd (dalam Pradopo, 2009: 54) bahwa penyair memilih kata-kata dengan secermat-cermatnya untuk mendapatkan kepadatan dan intensitas serta supaya selaras dengan sarana komunikasi puitis yang lain.
2.        Pengimajinasian (imagery/citraan)
Citraan adalah gambaran-gambaran dalam pikiran dan bahasa yang menggambarkannya (Altenbernd dalam Pradopo, 2009: 80). Dalam puisi, penyair juga menggunakan gambaran-gambaran angan atau pikiran. Citraan ini bertujuan memberi gambaran yang jelas, untuk menimbulkan suasana yang khusus, untuk membuat lebih hidup gambaran dalam pikiran dan penginderaan, serta dapat menarik perhatian pembaca (Pradopo, 2009: 79).
3.        Kata Konkret
Kata Konkret atau penyebab terjadinya imaji. Kata konkret dapat menumbuhkan daya imajinasi yang kuat agar pembaca dapat merasakan apa yang diungkapkan oleh penyair. Kata yang diperkonkret akan membuat pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair dalam puisinya.
4.        Majas (Bahasa Figuratif)
Bahasa figuratif menyebabkan sajak menjadi menarik perhatian, menimbulkan kesegaran, hidup, dan terutama menimbulkan kejelasan gambaran angan. Bahasa kiasan ini mengiaskan atau mempersamakan sesuatu hal dengan hal lain supaya gambaran menjadi jelas, lebih menarik, dan hidup (Pradopo, 2009: 62). Sadar akan kekuatan yang terkandung dalam bahasa figuratif, para penyair tidak menyia-nyiakan dan banyak mempergunakan bahasa figuratif dalam karya-karyanya.
Jenis-jenis bahasa figuratif dalam puisi diantaranya perbandingan (simile), metafora, perumpamaan epos (epic simile), allegori, personifikasi, metonimi, dan sinekdoki (synecdoche).
Jenis-jenis bahasa figuratif/gaya bahasa yaitu:
a)         Perbandingan/simile
Perbandingan/simile ialah bahasa kiasan yang menyamarkan satu hal dengan hal lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding seperti: bagai, sebagai, bak, seperti, semisal, seumpama, laksana dan kata-kata pembanding yang lain.
b)         Metafora
Metafora adalah melihat sesuatu dengan perantaraan benda yang lain (Becker dalam Pradopo, 2009: 66). Metafora ini menyatakan sesuatu sebagai hal yang sama atau seharga dengan hal lain, yang sesungguhnya tidak sama (Altenbernd dalam Pradopo, 2009: 66).
c)         Perumpamaan Epos
Perumpamaan atau perbandingan epos (epic simile) ialah perbandingan yang dilanjutkan, atau diperpanjang, yaitu dibentuk dengan cara melanjutkan sifat-sifat pembandingnya lebih lanjut dalam kalimat-kalimat atau frase-frase yang berturut-turut.
d)        Allegori
Allegori ialah cerita kiasan ataupun lukisan kiasan. Cerita kiasan atau lukisan kiasan ini mengiaskan hal lain atau kejadian lain.
e)         Personifikasi
Personifikasi mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat seolah-olah hidup, dapat berpikir seperti manusia. Personifikasi digunakan untuk memperjelas penggambaran peristiwa dan keadaan itu.
f)          Metonimia
Metonimi dalam bahasa Indonesia sering disebut kiasan pengganti nama. Bahasa ini berupa penggunaan sebuah atribut sebuah objek atau penggunaan sesuatu yang sangat dekat berhubungan dengannya untuk menggantikan objek tersebut (Altenbernd dalam Pradopo, 2009: 77).
g)         Sinekdoki (synecdoche)
Sinekdoki adalah bahasa kiasan yang menyebutkan suatu bagian yang penting suatu benda (hal) untuk benda atau hal lain sendiri (Altenberd dalam Pradopo, 2009: 78). Sinekdoki ini dibagi menjadi dua yaitu: pars pro toto atau sebagian untuk keseluruhan dan totum pro parte atau keseluruhan untuk sebagian.
5.        Verifikasi (rima, ritma, dan metrum)
Dalam puisi, rima, ritma dan metrum merupakan salah satu daya ungkap yang penting dan dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh para penyair. Rima dan ritma menghasilkan bunyi dalam puisi. Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi. Ritma adalah perhentian-perhentian atau tekanan-tekanan yang diatur atau disebut juga pertentangan tinggi/rendah, panjang/pendek, kuat/lemah bunyi ketika membaca puisi. Sedangkan metrum adalah pengulangan tekanan kata yang tetap dan bersifat statis.
6.        Tipografi (Tata Wajah Puisi)
Tipografi adalah penyusunan bait dan baris. Tipografi menjadi pembeda antara puisi dengan prosa dan drama. Tipografi sering disebut bentuk puisi, seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan baris, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik.
2.2.1.2       Struktur Batin (Hakikat Puisi)
1.        Tema
       Tema merupakan gagasan pokok atau subject-matter yang dikemukakan oleh penyair (Waluyo, 1995: 106). Dari tema, biasanya pembaca bisa langsung menemukan isi yang terkandung dalam puisi misalnya tentang tema kasih sayang, penyesalan, kerinduan, dan sebagainya.
2.        Perasaan (Feeling)
       Dalam menciptakan puisi, suasana perasaan penyair ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca. Perasaan yang diungkapkan penyair biasanya dari pengalaman pribadi atau imajinasinya, dan dari pengalaman orang lain yang dia lihat, dengar maupun orang lain yang menceritakan secara langsung kepadanya.
3.        Amanat
       Pesan yang ingin disampaikan penyair dalam puisinya disebut amanat. Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi itu. Tujuan/amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya.
4.        Nada dan Suasana
       Penyair mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca, apakah dia ingin bersikap menggurui, menasehati, mengejek, menyindir, atau bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca. Sikap penyair kepada pembaca inilah yang disebut nada puisi. Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Suasana merupakan akibat yang ditimbulkan puisi terhadap jiwa pembaca. Nada dan suasana puisi saling berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana tertentu terhadap pembacanya.
2.3    Pembelajaran Menulis Puisi
2.3.1   Cara Mengajarkan Puisi
Ada beberapa cara mengajarkan puisi diantaranya sebagai berikut.
1.    Menulis Puisi dengan Teknik Akrostik
Akrostik berasal dari kata Perancis acrostiche dan Yunani akrostichis yang artinya sebuah sajak yang huruf awal baris-barisnya menyusun sebuah atau beberapa kata. Puisi akrostik menggunakan huruf dalam sebuah kata untuk memulai tiap-tiap baris dalam puisi. Dalam puisi akrostik, setaip baris puisi menceritakan atau mendeskripsikan topik kata yang penting. Puisi akrostik berbeda dengan puisi-puisi lain karena huruf-huruf pertama setiap barisnya mengeja sebuah kata yang dapat dibaca secara vertikal. Pola rima dan jumlah angka baris dapat bervariasi karena puisi akrostik lebih dari puisi deskriptif yang mana menjelaskan kata yang dibentuk.
Puisi akrostik ini merupakan salah satu kegiatan menulis puisi yang paling sukses untuk menulis pemula. Selain itu, menulis puisi akrostik membuat siswa berlatih untuk fokus pada sifat tema.
Berikut ini tentang menulis puisi dengan teknik akrostik:
1.        Menulis puisi akrostik sangat mudah dan menyenangkan
2.        Huruf kapital selalu dimulai pada tiap-tiap baris baru
3.        Membaca dan kembali membaca membantu menemukan kata yang baik
4.        Kalimat tidaklah terlalu penting dalam puisi
5.        Masalah kurangnya pemahaman kita dalam perbendaharaan kata, kita  dapat melihatnya dalam kamus.
Dalam menulis puisi akrostik ini, perbendaharaan kata masing-masing berbeda. Pengalaman dalam membaca puisi sangat mempengaruhi hasil tulisan puisi. Semakin banyak dalam membaca puisi, maka semakin banyak pula kata-kata yang akan dipilihnya dan dikembangkan dalam puisinya sehingga hasil karya puisinya pun mempunyai nilai estetika yang semakin tinggi pula.
Ada beberapa cara untuk menciptakan puisi akrostik, yaitu:
1.        Carilah nama seseorang atau tempat atau nama apa pun yang akan dijadikan sebuah gagasan
2.        Susunlah kalimat atau kata tersebut secara vertikal
3.        Carilah diksi yang tepat untuk mengembangkan kata
4.        Renungkanlah diksi tersebut, kira-kira sesuai atau tidak dengan gagasan yang kita usung
5.        Susunlah diksi-diksi tersebut kedalam huruf-huruf yang telah kita susun secara vertikal

2.    Menulis Puisi dengan Metode Sumbang Kata
Sumbang kata merupakan salah satu model pembelajaran dengan mengumpulkan kata-kata yang sesuai dengan tema guna untuk merangkai sebuah karya yang berupa tulisan yang indah dan bermakna. Model pembelajaran dengan teknik sumbang kata diterapkan dalam proses belajar mengajar dengan membentuk kelompok sesuai dengan pembagian jenis kata yang sesuai dengan tema yang telah ditentukan. Kata-kata yang telah disumbangkan oleh siswa digunakan untuk merangkai sebuah puisi yang terdiri dari beberapa bait dan memiliki makna.
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan metode sumbang kata sebagai berikut:
1.      Guru memperlihatkan setangkai bunga melati yang masih segar kepada seluruh siswa.
2.      Bunga diperlihatkan pada siswa, serangkaian pertanyaan diajukan secara teratur kepada seluruh siswa dengan memberikan sumbang kata berkenaan dengan bunga melati tersebut. Misalnya, siapa yang tahu nama bunga ini?
3.      Siswa menjawab serempak dan guru memintanya kepada seorang siswa dan menuliskannya di papan tulis.
4.      Guru memberikan pertanyaan menggali, misalnya apa yang diketahui tentang bunga melati ini? Selanjutnya guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing, terarah, dan fokus seputar bungai melati. Pertanyaan-pertanyaan tersebut tentunya tidak diberikan sekaligus, namun secara berkala tergantung jawaban siswa pada pertanyaan sebelumnya. Pemberian teknik sumbang kata dilakukan fleksibel sehingga siswa terarah, terbimbing, dan tergali pengetahuannya.
5.      Semua jawaban siswa dituliskan pada papan tulis.
6.      Guru membimbing siswa untuk menghaluskan dan menyempurnakan jawaban-jawaban pada papan tulis dengan memberi jiwa pada kalimat-kalimat yang telah ditulis dan diberi hiasan kata/kalimat estetika.
7.      Setelah siswa diberikan bimbingan dari guru dengan hasil penyempurnaan jawaban siswa, siswa dibimbing untuk menulis sebuah puisi.

3.    Menulis Puisi dengan Teknik Pengamatan Langsung
Teknik pengamatan objek secara langsung adalah metode yang dilakukan dengan mengamati suatu benda, peristiwa atau kejadian secara langsung. Pembelajaran menulis puisi dengan pengamatan secara langsung maksudnya adalah objek yang akan dijadikan siswa untuk menulis puisi dekat sekali dengan alam lingkungan yang ada disekitarnya. Siswa akan senang dengan kenyataan atau realita yang langsung dilihat panca inderanya. Siswa akan lebih peka atau lebih terangsang untuk mengekspresikan sesuatu yang dirasakan dan dilihatnya. Selain itu, manfaat dari menulis puisi dengan menggunakan alam sekitar dengan teknik pengamatan langsung tidak akan mengeluarkan biaya yang banyak dan waktu yang dibutuhkan cukup efisien. Lingkungan sebagai media pengajaran, pada dasarnya memvisualkan fakta gagasan, kejadian, peristiwa dalam bentuk tiruan dari keadaan sebenarnya untuk dibahas di kelas dalam membantu proses belajar mengajar.
Selain itu, banyak keuntungan yang dapat kita peroleh dari kegiatan mengamati lingkungan sekitar diantaranya adalah:
1.      Kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan siswa duduk di kelas berjam-jam, sehingga motivasi siswa dalam belajar akan lebih tinggi.
2.      Hakikat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan dengan situasi dan keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami.
3.      Bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kaya sehingga lebih aktual
4.      Kegiatan belajar siswa lebih komprehensif dan lebih aktif sebab dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti mengamati berwawancara, membuktikan, mendemonstrasikan menguji fakta, dan lain-lain.
5.      Sumber belajar menjadi kaya sebab lingkungan yang ada dipelajari
6.      Siswa dapat memahami dan menghayati aspek kehidupan yang ada di lingkungannya sehingga dapat membentuk pribadi yang tidak asing dengan kehidupan di sekitarnya serta dapat memupuk cinta lingkungan.
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pembelajaran menulis puisi dengan pengamatan secara langsung adalah:
1.      Langkah Persiapan
Ada beberapa prosedur yang harus ditempuh pada langkah persiapan ini yaitu:
1)        guru menentukan tujuan yang diharapkan dicapai oleh para siswa, dan siswa diberitahu tujuan dari pembelajaran tersebut, agar siswa mengerti tujuan yang akan dilakukannya.
2)        menentukan objek yang akan diamati. Dalam hal ini guru menentukan objek yang sekiranya cocok untuk pembelajaran menulis puisi.
3)        menentukan cara belajar siswa dalam mengamati objek. Oleh karena itu siswa dapat bekerja dengan baik dan dapat mengerjakan sesuai dengan yang diharapkannya.
2.      Langkah Pelaksanaan
Pada langkah ini dilakukan kegiatan pembelajaran di tempat objek yang telah dipilih, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1)        siswa mengamati objek secara langsung
2)        siswa mencoba mengungkapakan apa yang dilihat dan dirasakannya
3)         perasaan atau objek yang dilihatnya dituangkan dalam puisi
3.      Tindak lanjut
Setelah melakukan pengamatan objek dan megerjakan apa yang ditugaskan oleh guru yaitu menulis puisi berdasarkan objek secara langsung, maka siswa diharapkan untuk kembali ke kalas. Dalam kelas tersebut guru mencoba melihat hasil dari yang dilakukan siswa dengan melihat hasil puisi yang telah dituliskan oleh siswa.
2.3.2   Prinsip-prinsip Mengajarkan Puisi
Budiarti (2009:327-331) mengungkapkan bahwa pembelajaran sastra haruslah berinovasi. Dia memaparkan inovasi pembelajaran sastra sebagai berikut.
1.    Tak kenal maka tak sayang. Pepatah ini menjadi modal pertama bagi guru untuk menarik minat siswa. Trik yang paling efektif untuk saling mengenal adalah guru harus lebih terbuka, lebih ramah, dan lebih perduli dalam berkomunikasi dengan siswa. Guru bisa berperan sebagai sahabat, kakak, atau orang tua yang luwes dalam bersikap.
2.    Masuki wilayah kehidupan siswa (kenali dari dekat), setelah itu ajaklah ke sastra. Mengenali lebih dekat setiap siswa dan memasuki wilayah pribadi kehidupan siswa menjadi bagian yang tak terpisahkan dari proses menumbuhkan antusiasme siswa terhadap sastra.
3.    Menumbuhkan antusisme siswa terhadap sastra. Minat siswa terhadap sastra akan semakin kuat apabila terus dibina dan dikembangkan dengan kegiatan sastra yang menarik. Hal-hal tersebut dapat diwujudkan dengan strategi yang matang diantaranya sebagai berikut.
a.    Menjadi guru yang kreatif dan inovatif
b.    Memanfaatkan sumber dan media pembelajaran yang variatif
c.    Menggunakan metode dan teknik pembelajaran yang simpatik dan menarik
d.   Menciptakan suasana dan lingkungan yang kondusif
4.    Mengembangkan aspek kegiatan bersastra dalam konteks meningkatkan keterampilan berbahasa. Meningkatnya kemampuan bersastra diharapkan keterampilan berbahasa siswa pun meningkat.
5.    Menyediakan porsi lebih bagi proses kreatif. Menulis puisi merupakan sebuah kegiatan kreatif yang dapat mengungkapkan gagasan, perasaan, dan pikiran siswa. Sehingga untuk mencapai pembelajaran menulis puisi yang diinginkan harulah memiliki porsi/takaran waktu lebih bagi proses kreatif
6.    Melibatkan siswa dalam permainan imajinatif. Guru hendaknya tidak melupakan sisi penting dalam kegiatan sastra, yaitu imajinasi. Bermain peran, melakukan monolog, memprediksi hal apa yang akan terjadi pada diri siswa 10 tahun yang akan datang, menebak gambar, permainan iamjinasi lainnya adalah kegiatan kreatif dan rekreatif yang menarik bagi siswa.
7.    Menggali potensi siswa. Memperlakukan mereka dengan baik dan tepat akan membuat mereka menemukan kemampuan dan mengenali potensi yang dimilikinya.
8.    Membentuk konsep diri dan berpikir positif. Rasa bangga dan syukur terhadap kemampuan diri sangat berpengaruh terhadap rasa percaya diri siswa. Kemampuannya untuk menanggapi segala sesuatu secara positif juga merupakan sebuah modal untuk meperkaya batin.
9.    Mengasah kepekaan rasa dalam seni dan sastra. Sastra sangat erat kaitannya dengan rasa. Kepekaan rasa merupakan salah satu kecerdasan emosional. Melalui kegiatan sastra diharapkan siswa terasah secara mental. Memadukan kegiatan seni dan sastra sangat efektif dalam mempertajam rasa. Dari hal tersebut, siswa bisa mulai diajak ke dalam sastra khusunya menulis puisi.

2.4    Media pembelajaran
2.4.1   Pengertian Media Pembelajaran
Arsyad (2010: 3), media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’, yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Beberapa ahli memberikan definisi mengenai media pembelajaran. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.

2.4.2   Manfaat Media Pembelajaran
Media merupakan unsur yang amat penting dalam proses belajar mengajar. Media tidah hanya sekedar membantu guru dalam mengajar, namun lebih dari itu media lebih banyak berguna untuk siswa dalam proses belajar. Berikut ini beberapa manfaat media pembelajaran.
Dale (Arsyad, 2011:23-24) mengemukakan bahwa bahan-bahan audio-visual dapat memberikan banyak manfaat asalkan guru berperan aktif dalam proses pembelajaran. Berikut beberapa manfaat yang dapat terealisasi:
1.      meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas;
2.      membuahkan perubahan signifikan tingkah laku siswa;
3.      menunjukan hubungan antara mata pelajaran dan kebutuhan serta minat siswa dengan meningkatnya motivasi belajar siswa;
4.      membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa;
5.      membuat hasil belajar lebih bermakna;
6.      membuat pembelajaran lebih bermakna;
7.      memberikan umpan balik;
8.      melengkapi pengalaman;
9.      memperluas wawasan dan pengalaman siswa;
Sementara Sudjana dan Rivai (Arsyad, 2011:24-25) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:
1.    pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;
2.    bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran;
3.    metode mengajar akan lebih bervariasi, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga;
4.    siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetepi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memrankan, dan lain-lain.
Arsyad (2011: 25-27) menyimpulkan beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran sebagai berikut:
1.    media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
2.    media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
3.    media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu;
a.         objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan dapat diganti dengan gambar, foto, slide, realita, film, radio, atau model;
b.         objek atau benda yang terlalu kecil yang tidak nampak oleh indera dapat disajikan dengan bantuan mikroskop, fil, slide, atau gambar;
c.         kejadian langka yang terjadi di masa lalu dapat ditampilkan melalui rekaman video, film, foto, slide;
d.        objek atau proses yang amat rumit seperti peredaran darah dapat ditampilkan melalui film, gambar, slide, atau simulasi komputer;
e.         kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat disimulasikan dengan media seperti komputer, film, dan video;
f.          peristiwa alam seperti letusan gunung berapi dapat disajikan dengan teknik-teknik rekaman seperti time-lapse untuk film, video, slide, atau komputer.
4.    media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungan misalnya melalui karyawisata, kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun binatang.

2.4.3        Ciri-ciri Media Pembelajaran
Gerlach dan Ely (dalam Arsyad, 2011:12-14) mengemukakan tiga ciri media, yaitu:
1)        Ciri Fiksatif (Fixative Property)
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Suatu peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun kembali dengan media seperti fotografi, video tape, audio tape, disket komputer, dan film. Dengan ciri fiksatif ini, media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada satu waktu tertentu ditansportasikan tanpa mengenal waktu.
2)        Ciri Manipulatif (Manipulative Property)
Ciri ini memberikan kesan manipulasi terhadap suatu kejadian yang membutuhkan waktu yang lama dalam proses kejadiannya sehingga siswa tetap mampu mengikuti segala proses peristiwa tersebut tanpa mengesampingkan esensi yang ada di dalamnya. Kejadian-kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik gambar time-lapse recording.
3)        Ciri Distributif (Distributive Property)
Ciri ini memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama dengan kejadian itu.
2.4.4        Syarat-syarat Media Pembelajaran
Pembelajaran yang efektif memerlukan perencanaan yang baik. Media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran juga memerlukan perencanaan yang baik. Dalam memilih bahan pengajaran, konsep yang harus diterapkan guru adalah bahwa tugas guru bukanlah mengajarkan pengetahuan, tugas guru bukanlah mengajarkan isi buku atau menghabiskan beberapa bab pelajaran dalam buku melainkan tugas guru itu sebenarnya adalah untuk mencapai tujuan pengajaran, ini berarti pemilihan media pengajaran sangatlah penting untuk perumusan tujuan media pengajaran. Seperti saat kita memilih media film untuk ditayangkan di kelas. Kita harus pintar-pintar untuk memilihnya. Lamanya durasi waktu yang dibutuhkan untuk pemutaran film akan membuat peserta didik bosan dan jenuh.
Sudjana dan Rivai (2010:4-5) mengungkapkan bahwa dalam memilih media untuk kepentingan pengajaran sebaiknya memperhatikan kriteria sebagai berikut:
1.    Ketepatan sesuai dengan pengajaran; artinya media pengajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan.
2.    Dukungan terhadap isi bahan pelajaran; artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa.
3.    Kemudahan memperoleh media; artinya media yang diperlukan mudah diperoleh.
4.    Keterampilan guru dalam menggunakannya; apa pun jenis media yang diperlukan syarat utama adalah guru dapat menggunakannya.
5.    Tersedia waktu untuk menggunakannya.
6.    Sesuai dengan taraf berpikir siswa.
Sejalan dengan pendapat yang dikemukan Sudjana dan Rivai diatas, Arsyad (2011: 75-76) juga memberikan kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih media, diantaranya:
1.    Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipiih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
2.    Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi. Agar dapat membantu proses pembelajaran secara efektif, media harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa.
3.    Praktis, luwes, dan bertahan. Jika tidak tersedia waktu, dana, atau sumber daya lainnya untuk memproduksi, tidak perlu dipaksakan. Media yang mahal dan memakan waktu lama untuk memproduksinya bukanlah jaminan sebagai media yang terbaik. Media yang dipilih sebaiknya dapat digunakan di mana pun dan kapan pun dengan peralatan yang tersedia disekitarnya, serta mudah dipindahkan dan dibawa ke mana-mana.
4.    Guru terampil menggunakannya. Ini merupakan salah satu kriteria utama.
5.    Pengelompokan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan. Guru harus pintar memilih media yang tepat.
6.    Mutu teknis. Pemilihan mutu teknis yang baik juga harus selalu diperhatikan oleh guru sebelum dia menentukan bahwa media tersebut yang akan dia ambil untuk dipraktikan kepada peserta didiknya.




2.4.5   Penggunaan Media Film Pendek dalam Pembelajaran Menulis Puisi
Media merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam proses belajar mengajar. Dalam pendidikan, media berfungsi sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kunci sukses pembelajaran tidak hanya terletak pada kemutakhiran kurikulum maupun fasilitas sekolah yang lengkap, melainkan kridibilitas seorang guru dalam mengatur dan memanfaatkan media yang ada baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Dalam pembelajaran, guru berperan sebagai sutradara, di sini guru harus mampu menyusun sebuah rencana untuk pembelajaran yang efektif.
Media film pendek merupakan salah satu untuk memanfaatkan media yang baik dalam proses pembelajaran. Media film ini termasuk ke dalam teknologi audio visual. Teknologi audio visual adalah cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Pengajaran melalui audio-visual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses belajar, seperti mesin proyektor film, tape recorder, dan proyektor visual yang lebar. Sehingga dapat disimpulkan, pengajaran melalui audio visual dalam hal ini adalah media film pendek yang berdurasi singkat merupakan produksi dan penggunaan materi yang penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata atau simbol-simbol yang serupa.
Penggunaan media audio-visual untuk pembelajaran cukup memberikan pengaruh dalam meningkatkan motivasi peserta didik dalam belajar. Melalui media audio visual khusunya film, seorang guru dapat menjelaskan materi pelajaran secara interaktif dan menarik. Penggunaan media film yang didukung sarana multimedia dapat memberikan suasana belajar baru yang ceria dan tidak membosankan. Selain itu, guru juga dapat dengan mudah mengulang materi yang sama hanya dengan memutar kembali film yang ada.
Penggunaan media dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan film pendek. Secara teknis, film pendek merupakan film-film yang memiliki durasi dibawah 50 menit (Derek Hill dalam Cahyono, 2009). Namun, penggunaan media film pendek untuk penelitian ini memerlukan waktu kurang dari 10 menit untuk penayangannya. Media film pendek ini diambil dari youtube. Film pendek sebagai penelitian dalam pembelajaran keterampilan menulis puisi ini awalnya dari sebuah media televisi. Televisi yang menayangkannya adalah stasiun swasta TRANS TV dengan program Nilai Kehidupan yang ditayangkan pada minggu malam. Peneliti mengunduh beberapa judul penayangan dalam program Nilai Kehidupan sebagai media pembelajaran untuk menulis puisi.
Penggunaan media untuk pembelajaran juga memberikan dampak yang baik, dengan media pembelajaran maka proses belajar akan memberikan kesan yang tidak kaku dan lebih menarik, keahlian menulis puisi pun bisa dirangsang dengan menggunakan media audio visual khususnya media film pendek. Arsyad (2011: 49-50) mengungkapkan keuntungan menggunakan media film dan video dalam pembelajaran sebagai berikut:
1.    Film dan video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar siswa ketika membaca, berdiskusi, berpraktik, dan lain-lain.
2.    Film dan video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan secara berulang-ulang jika dipandang perlu.
3.    Disamping mendorong dan meningkatkan motivasi, film dan video menanamkan sikap dan segi-segi afektif lainnya.
4.    Film dan video yang mengandung nilai-nilai positif dapat mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa.
5.    Film dan video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dilihat secara langsung.
6.    Film dan video dapat ditunjukan kepada kelompok besar atau kecil, kelompok yang heterogen, maupun perorangan.
7.    Dengan kemampuan dan teknik pengambilan gambar frame demi frame, film yang dalam kecepatan normal memakan waktu satu minggu dapat ditampilkan dalam satu atau dua menit.
Dari keuntungan-keuntungan menggunakan media film yang diungkapkan oleh Arsyad diatas, maka peneliti ingin mencoba menerapkan penggunaan media film khususnya film pendek pada pembelajaran menulis puisi. Hal ini bertujuan untuk memberikan siswa sebuah kerangka berpikir yang kritis dalam memahami suatu objek yang telah dilihat sehingga harapannya penggunaan media film pendek ini mampu membantu meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa.

2.4.6   Penggunaan Media Lagu dalam Pembelajaran Menulis Puisi
Lagu  adalah ragam suara yang berirama (dalam bercakap, bernyanyi, membaca, dan sebagainya); nyanyian;  ragam nyanyi (KBBI, 2008: 771). Dalam lagu terdapat dua unsur didalamnya, yaitu lirik dan musik. Lirik adalah susunan kata sebuah nyanyian, sedangkan musik (KBBI, 2008: 1057) adalah nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan.
Media lagu sebagai salah satu media audio merupakan alat bantu dalam menyampaikan pesan atau sebagai bahan ajar yang diberikan pada siswa secara audio. Penggunaan media lagu dalam pembelajaran menulis puisi berhubungan erat dengan keterampilan menyimak, karena pada lagu terdapat lirik-lirik yang hanya dipahami jika kita mendengarkannya dengan seksama. Sudjana dan Rivai (2010: 129) mengemukakan bahwa media audio untuk pengajaran, dimaksudkan sebagai bahan yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (pita suara atau piringan suara), yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa, sehingga terjadi proses belajar-mengajar.
Sudjana dan Rivai (2010: 130) memberikan penjelasan hubungan antara media audio dengan keterampilan mendengarkan yang bila bisa mencapai meliputi hal-hal sebagai berikut.
1.      pemusatan perhatian dan mempertahankan pemusatan perhatian;
2.      mengikuti pengarahan;
3.      digunakan untuk melatih daya analisis siswa dari apa yang mereka dengar;
4.      perolehan arti dari suatu konteks;
5.      memisahkan kata atau informasi yang relevan dan yang tidak relevan.
Dari hubungan media audio dengan keterampilan mendengarkan diatas, maka peneliti ingin mengujicobakannya dalam pembelajaran menulis puisi di kelas kontrol sebagai perbandingan dengan kelas eksperimen. Aspek pertimbangan dalam pemilihan media audio dalam hal ini adalah media lagu, karena pembelajaran dengan menggunakan media audio pun tak kalah bagus dengan pembelajaran dengan menggunakan media audio-visual.
Tujuan dari penggunaan lagu dalam pembelajaran menulis puisi adalah agar siswa merasa rileks dan dapat membuat pembelajaran menyenangkan. Adapun media lagu yang akan digunakan pada pembelajaran menulis puisi yang akan diterapkan pada kelas kontrol ini adalah lagu “Terlalu Lama-Vierra, Inginku Bukan Hanya Jadi Temanmu-Yovie & Nuno, dan Sebiru Hari Ini-Edcoustic. Pemilihan lagu ini didasarkan pada satu tema yaiu tentang cinta dan pertemanan.

2.5 Langkah-Langkah Pembelajaran Menulis Puisi dengan Media Film Pendek
1.        Pertemun ke-1
Kegiatan Awal (20’)
a.       Siswa dikondisikan untuk mempersiapkan KBM (mengucapkan salam, menyapa, mengecek kehadiran siswa, menyampaikan Kompetensi Dasar dan diberi motivasi untuk mencapai tujuan pembelajaran).
b.      Siswa dan guru menggali pengetahuan baru tentang puisi.
c.       Siswa diberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran.
d.      Siswa mendapatkan materi pembelajaran
Kegiatan Inti (50’)
a.       Guru menyiapkan media film pendek yang akan ditampilkan.
b.      Siswa menyaksikan tayangan film pendek tersebut.
c.       Guru bertanya dan meminta siswa untuk saling berbagi tenatang apa yang pernah terjadi pada mereka akan film pendek yang telah diputar.
d.      Guru menggali perasaan siswa akan video yang telah diputarkan sehingga siswa pun mengetahui manfaat dari pemutaran film pendek tersebut.
e.       Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempertimbangkan keadaan dalam film  pendek tersebut dengan kenyataan lalu menuangkannya dalam beberapa kata.
f.       Melalui proses di atas, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menuliskan puisi.
Kegiatan Akhir (10’)
a.       Siswa diberikan kesempatan bertanya atau mengungkapkan perasaannya ketika mengikuti proses KBM.
b.      Siswa dan guru melakukan refleksi tentang topik pembelajaran.
c.       Siswa mendapatkan motivasi untuk pembelajaran selanjutnya.
d.      Siswa dan guru mengakhiri KBM.
2.        Pertemuan Ke-2
Kegiatan Awal (20’)
a.         Siswa dikondisikan untuk mempersiapkan KBM (mengucapkan salam, menyapa, mengecek kehadiran siswa, menyampaikan Kompetensi Dasar dan diberi motivasi untuk mencapai tujuan pembelajaran).
b.         Siswa dan guru bertanya jawab mengenai pengalaman siswa dalam menulis puisi.
c.         Siswa diberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran.
d.        Guru mengulas kembali pengetahuan mengenai puisi kepada siswa.
Kegiatan Inti (50’)
a.       Guru melanjutkan pembahasan pertemuan yang lalu, tujuannya agar siswa memiliki pengetahun baru dalam penulisan puisi.
b.      Guru menyiapkan sebuah film yang berbeda, kemudian canangkan dalam diri siswa agar dapat fokus dalam pemutaran film pendek ini karena siswa akan melakukan jajak pendapat setelah proses pemutaran film selesai.
c.       Siswa menyaksikan tayangan video tersebut dengan saksama.
d.      Siswa diminta untuk mengungkapkan pendapat masing-masing dari film yang telah disaksikan.
e.       Siswa mengapresiasi film tersebut ke dalam bentuk puisi.
f.       Siswa dibimbing guru selama menulis puisi.
g.      Siswa mengumpulkan puisi yang telah dibuatnya.
Kegiatan Akhir (10’)
a.         Siswa diberikan kesempatan bertanya atau mengungkapkan perasaannya ketika mengikuti proses KBM.
b.         Siswa dan guru melakukan refleksi tentang topik pembelajaran.
c.         Siswa mendapatkan motivasi untuk pembelajaran selanjutnya.
e.         Siswa dan guru mengakhiri KBM.
3.        Pertemuan ke-3
1.      Kegiatan Awal (20’)
a.       Siswa dikondisikan untuk mempersiapkan KBM (mengucapkan salam, menyapa, mengecek kehadiran siswa, menyampaikan Kompetensi Dasar dan diberi motivasi untuk mencapai tujuan pembelajaran).
b.      Siswa dan guru bertanya jawab mengenai pengalaman siswa dalam menulis puisi.
c.       Siswa diberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran.
2.      Kegiatan Inti (50’)
a.    Guru mengajukan pertanyaan pembangkit minat untuk merangsang keingintahuan siswa tentang orang yang dicintainya.
b.    Dari pernyataan-pernyataan siswa tersebut, siswa dan guru menyimpulkan beberapa kata yang dapat mewakili perasaan siswa akan orang yang dicintainya.
c.    Kata-kata yang telah diungkapkan ditulis dipapan tulis untuk memudahkan siswa mengingatnya.
d.   Guru menyiapkan video yang akan ditampilkan.
e.    Siswa menyaksikan tayangan video tersebut dengan seksama.
f.     Guru mengingatkan tentang beberapa kata yang dituliskan dalam papan tulis.
g.    Guru meyakinkan siswa apakah kata-kata tersebut mewakili akan kecintaannya pada orang yang dikasihinya, setelah melihat film tersebut.
h.    Guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk menambahkan atau mengurangi perwakilan kata-kata tersebut.
i.      Siswa menuliskan sebuah puisi berdasarkan film yang telah diputarkan yang dibantu dengan kosakata pada papan tulis.
j.      Guru membimbing siswa dalam menulis puisi.
k.    Siswa mengumpulkan puisi yang telah dibuatnya.
Kegiatan Akhir (10’)
a.       Siswa diberikan kesempatan bertanya atau mengungkapkan perasaannya ketika mengikuti proses KBM.
b.      Siswa dan guru melakukan refleksi tentang topik pembelajaran.
c.       Siswa mendapatkan motivasi untuk pembelajaran selanjutnya.
d.      Siswa dan guru mengakhiri KBM.