Kamis, 01 Desember 2011

jawaban UTS statistik

Jawaban UTS Statistika
Nama : Ice Meliyawati
NIM : 0802334
Kelas : Dik 7C

Pemetaan Data Minat Baca Cerpen pada Remaja
Coding Scheme
No. Kategori Variabel Ket. Sel
Nama 1-30 1,2
Jenis Kelamin Laki-laki : 1
Perempuan : 2 3
Usia 13-18 tahun 4,5
Kelas 7 - 12 6,7
Kemampuan Membaca Rendah : 1
Sedang : 2
Tinggi : 3 8
Minat Baca Rendah : 1
Sedang : 2
Tinggi : 3 9
Jumlah cerpen yang pernah dibaca 0 - 25 10, 11

Coding Form
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
0 1 2 1 3 0 7 2 2 1 0
0 2 2 1 3 0 7 2 2 0 7
0 3 1 1 4 0 7 1 1 0 5
0 4 1 1 4 0 8 2 1 0 9
0 5 2 1 3 0 8 2 2 1 0
0 6 1 1 4 0 8 2 2 0 9
0 7 1 1 4 0 9 2 1 0 8
0 8 1 1 5 0 9 3 3 0 7
0 9 2 1 3 0 9 1 2 0 4
1 0 2 1 4 0 8 2 3 1 5
1 1 1 1 4 0 9 2 1 0 6
1 2 2 1 5 0 8 2 2 1 0
1 3 2 1 5 0 9 2 2 0 9
1 4 2 1 5 0 9 2 2 0 7
1 5 1 1 5 0 8 1 1 0 8
1 6 1 1 6 1 0 3 1 1 0
1 7 2 1 6 1 0 3 3 2 0
1 8 2 1 7 1 0 2 3 1 0
1 9 1 1 6 1 2 2 1 0 9
2 0 2 1 5 1 1 2 2 1 0
2 1 2 1 7 1 1 1 2 2 0
2 2 1 1 7 1 0 3 1 0 6
2 3 2 1 6 1 1 1 2 1 5
2 4 2 1 7 1 1 1 3 2 2
2 5 1 1 6 1 2 2 1 0 9
2 6 1 1 8 1 2 2 2 0 7
2 7 1 1 8 1 2 1 1 1 5
2 8 2 1 6 1 2 3 2 1 0
2 9 2 1 7 1 0 2 3 2 4
3 0 1 1 8 1 0 3 1 0 9

a. Contoh-contoh data
Contoh data nominal adalah data jenis kelamin, data jenis pekerjaan, data tahun lahir, data status marital, dan data usia.
Contoh data ordinal adalah data kepuasan kerja karyawan, data prestasi kerja karyawan, data tingkat pendidikan karyawan, data rangking siswa dalam sebuah kelas, dan data hasil ulangan siswa dalam sebuah kelas.
Contoh data interval adalah data temperatur yang diukur menggunakan termometer, data sistem kalender, data hasil tes bakat, data hasil tes kecerdasan, dan data hasil psikotest.
Contoh data ratio adalah data skor ujian, data jumlah buku, data hasil pengukuran berat, data hasil pengukuran luas, dan data hasil pengukuran kemampuan membaca cepat pada siswa.
b. Contoh judul penelitian
Efektivitas Teknik Alfa dalam Pembelajaran Menulis Pengalaman Pribadi Siswa SMP Kelas VII
Jenis Data: Rasio
Penerapan Teknik Akrostik dalam Pembelajaran Menulis Kreatif Puisi Siswa SMP Kelas VII
Jenis Data: Rasio

Data Hasil Ulangan Bahasa Indonesia Siswa Kelas VII SMP 3 Bandung
Tabel Distribusi Frekuensi
No. Kelas Interval Tally X1 F F. X1
1. 63 – 67 IIII IIII
65 10 650
2. 68 – 72 IIII III
70 8 560
3. 73 – 77 IIII 75 4 300
4. 78 – 82 IIII II
80 7 560
5. 83 – 87 IIII
85 5 425
6. 88 – 92 IIII II
90 7 630
7. 93 – 96 IIII IIII
95 9 855
Jumlah 50 3980

Mean:
x ̅= (∑▒〖F.X1〗)/(∑▒F)= 3980/50=79,6

Median:
Median terletak pada kelas interval 78-82
b= (77+78)/2=77,5
P = 5
n = 50
Frekuensi sebelum kelas median (F) = 22
Frekuensi kelas median (f) = 7
Me=b+P ((1/2 n- F)/f)
Me=77,5+5 ((1/2 50- 22)/7)
Me =77,5+5 ((25- 22)/7)
Me =77,5+(15/7)
Me = 77,5 + 2,14
Me = 79,64
Modus :
Modus terletak pada kelas interval 78-82
b = 77,5
P = 5
b1 = 7– 4 = 3
b2 = 7– 5 = 2
Mo=b+P [b_1/(b_1+b_2 )]
=77,5+ 5 [3/(3+2)]
=77,5+5(3/5)
=77,5+15/5
=77,5+3
=80,5

a. Diagram Histogram dan Poligon dari Data Hasil Ulangan Bahasa Indonesia Siswa Kelas VII SMP 3 Bandung












Standar Deviasi
M






b. Diagram Ozaiv dari Data Hasil Ulangan Bahasa Indonesia Siswa Kelas VII SMP 3 Bandung



Daftar kumulatif kurang dari

Hasil Ulangan (x) fkum
Kurang dari 63
Kurang dari 68
Kurang dari 73
Kurang dari 78
Kurang dari 83
Kurang dari 88
Kurang dari 93
Kurang dari 97 0
10
18
22
29
34
41
50

Daftar kumulatif lebih dari
Hasil Ulangan (x) fkum
63 atau lebih
68 atau lebih
73 atau lebih
78 atau lebih
83 atau lebih
88 atau lebih
93 atau lebih
97 atau lebih 50
40
32
28
21
16
9
0







Standar Deviasi
Mean = 79,6 (80)
No. Kelas Interval X1 F F. X1 X_(1 - X ̅ ) (X_(1-X ̅ ) )^2 f(X_(1-X ̅ ) )^2
1. 63 – 67 65 10 650 -15 225 2250
2. 68 – 72 70 8 560 -10 100 800
3. 73 – 77 75 4 300 -5 25 100
4. 78 – 82 80 7 560 0 0 0
5. 83 – 87 85 5 425 5 25 125
6. 88 – 92 90 7 630 10 100 700
7. 93 – 96 95 9 855 15 225 2025
Jumlah 50 3980 700 6000


s^2= (f(X_(1-X ̅ ) )^2)/(n-1)= 6000/(50-1)=6000/49=122,449
s= √122,449
S = 11,06

artikel evaluasi BIPA

Artikel:
“Kategori Frase Nomina, Frase Adjektiva, dan Frase Predikat
dalam Aturan Tata Bahasa Bahasa Indonesia”

oleh
Ice Meliyawati
0802334
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia

Frasa atau frase adalah sebuah istilah linguistik. Lebih tepatnya, frase merupakan satuan linguistik yang lebih besar dari kata dan lebih kecil dari klausa dan kalimat.
Chaer (2003:222) mendefinisikan frase sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat non predikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat.
Ramlan (2005:138) juga mendefinisikan frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia frase (2008:423) diartikan gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif. Dari beberapa pengertian frase di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa frase adalah satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif, dan bisa mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat.
Pada artikel ini, akan dibahas mengenai frase nomina, frase adjective, dan frase predikat yang terdapat dalam buku Understanding Indonesian Grammar.
1. Frase Nomina/ kata benda
Perluasan frase nomina terbagi menjadi 8 kategori:
a. The Head Noun (Kata Benda Utama)
Frase kata benda adalah urutan kata-kata yang berfungsi sama sebagai kata benda, hal itu dapat terjadi jika posisinya sama di dalam kalimat sebagai kata benda tunggal. Contoh:
Dia punya mobil
Kata yang di garis bawahi pada kalimat diatas yang berarti “mobil” berdiri sendiri atau disebut juga dengan kata benda tunggal.
Menurut Ramlan (2005:145) frase nomina ialah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata nomina. Untuk membuktikan persamaan distribusi tersebut kita dapat melihat contoh:
Ia membeli baju baru
Ia membeli baju
Frase baju baru dalam klausa diatas mempunyai distribusi yang sama dengan kata baju. Kata baju termasuk golongan kata nomina, karena itu, frase baju baru termasuk golongan frase nomina/kata benda.
b. Adjectives (Kata Sifat)
Hasan Alwi mendefinisikan Adjektiva/kata sifat (2003:171) adalah kata yang memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat. Kata sifat mengacu pada karakteristik orang atau benda-benda, seperti besar dan hijau. Contoh kata sifat yang diikuti kata benda misalnya rumah besar dan daun hijau.
Pada kata sifat dapat diikuti dengan kata “yang”. Ini diartikan sebagai anak kalimat (relative clause). Contohnya rumah yang besar atau daun yang hijau.
c. Possessors (Kata Milik)
Kata milik yang pertama adalah mengikuti kata benda utama (the head noun). Mungkin saja kata benda atau kata ganti. Misalnya mobil Tomo atau rumah saya. Pada kalimat tersebut menunjukan bahwa yang mempunyai mobil adalah orang yang bernama Tomo dan yang mempunyai rumah itu adalah saya (sebuah pengakuan dari pemiliknya). Kata milik kedua menyatakan bahwa kata milik bisa kepunyaan miliknya. Misalnya kantor ayah saya. Maksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa yang memiliki kantor tersebut adalah ayah saya/ anak dari pemilik kantor (sebuah pengakuan dari subjek, misalnya bernama Wati atau Tomo). Kata milik ketiga adalah kata milik yang mengikuti kata sifat kalau kata sifatnya didahului kata “yang”, yang mana didahului kata milik. Misalnya pada kalimat rumah saya yang besar. Kata “besar” merupakan kata sifat yang sebelumnya didahului oleh kata “yang”. Maksud dari kalimat tersebut adalah rumah yang besar itu adalah milik saya (kepunyaan subjek, misalnya Wati atau Tomo). Selain itu, kata milik menunjukan kepunyaan –nya: misalnya namanya “its name”, sedangkan “his” dan “her” adalah salah satu –nya atau dia: namanya, nama dia “his/her name”. Misalnya dalam contoh namanya Rokmah atau nama dia Wendy Septiano.
d. Demonstratives (Kata Ganti Tunjuk)
Secara keseluruhan kata ganti tunjuk yaitu “ini” dan “itu”. “Ini” selalu terjadi diakhir frase benda. Kata atau frase mengikuti “ini” atau “itu” tidak dapat disamakan dengan frase benda; kata ganti tunjuk selalu terjadi di akhir frase. Contoh:
1) gunung tinggi itu#. (di akhir frase benda dengan “itu”)
2) gunung itu# tinggi. (klausa dengan “itu” menandai di akhir subjek frase kata benda)
3) Itu# gunung tinggi. (klausa dengan “itu” berdiri sendiri sebagai subjek frase benda)
e. Possessor and Demonstrative Together (Kata Milik dan Kata Ganti Tunjuk Bersamaan)
Ketika kata ganti milik dan kata ganti tunjuk bersamaan di bahasa Inggris kata milik bisa jadi diungkapkan dalam cara berbeda. sebagai ganti “my” kami menyebutnya “of mine”, dan seterusnya. Hal ini tidak sama di dalam bahasa Indonesia. Contoh:
Rumah saya. My house.
tetapi Rumah saya ini. This house of mine.
Ketika kata ganti kepunyaan seperti “mine, yours, ours, her” terjadi dalam bahasa Inggris ketika terpisah dari frase tidak sejalan di bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia kata ganti orang harus datang setelah kata benda menunjukan bahwa itu kata ganti kepunyaan. Misal, “This car is mine” harus diungkapkan: Mobil ini mobil saya, yang mana secara harfiah artinya “this car is my car”. Biar bagaimanapun, bahasa Indonesia mungkin saja ada banyak pengabaian dari benda dan mengatakan: ini mobil saya “this is my car”. Sementara dalam konteks kata benda tidak dapat dihilangkan jadi harus diulangi kembali. Misal, rumah saya dekat rumah Kardi. My house is near Kardi’s.
f. Mofifying noun (Perubahan Kata Benda)
Perubahan kata benda mengikuti kata benda utama memberikan informasi tentang itu. Terdapat cakupan luas dalam hubungan diantara dua benda; misalnya, perubahan kata benda harus menyatakan apa yang sedang dilakukan kata benda utama (pemain tenis; tennis player), terbuat dari (sate ayam; chicken sate), apa yang sedang dilakukan (mesin pendingin; cooling machine), dan sebagainya.


g. Relative clause s(Anak Kalimat)
Anak kalimat didahului kata “yang” dan mengikuti seluruh bagian frase kecuali “itu” dan “ini”. Misal, rumah yang dijualnya itu.
h. Modifying verbs (perubahan kata kerja)
Perubahan kata kerja mengikuti kata benda utama dan menggambarkan digunakan untuk apakah kata benda. Kata kerja tidak memiliki imbuhan (afiks). Misalnya dalam kata kamar mandi “bathroom”
Berdasarkan kategori frase nomina yang dijelaskan pada buku Understanding Indonesian Grammar, struktur tata bahasa Inggris tidak jauh berbeda dengan tata bahasa Indonesia. Hanya saja dalam beberapa konteks tertentu terdapat beberapa perbedaan antara Struktur bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia.

2. Frase Adjektiva (Frase Kata Sifat)
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa frase kata sifat adalah kata yang memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat (Ramlan 2003:171). Kata sifat mengacu pada karakteristik orang atau benda-benda, seperti besar dan hijau.
Kata sifat bertindak utama termasuk frase komparatif, frase superlatif, dan frase ekuatif. Adapun penjelasannya adalah:
a. Comparative pharases (frase Komparatif)
Frase komparatif menunjukan tingkat perbandingan orang ataupun benda yang lebih berkualitas atau lebih baik. Frase perbandingan dapat menggunakan kata lebih “more” dan digunakan sebelum kata sifat. Misal lebih cantik “more beautiful”. Untuk menyatakan perbandingan pada orang atau benda di awal frase menggunakan pembatas kata “dari” atau “daripada”. Contoh:
Dia lebih tinggi daripada saya.
Jika perbandingannya menyatakan kualitas yang kurang dibandingkan sesuatu menggunakan kata kurang “kurang”. Contoh:
Mobil saya kurang mahal daripada mobil Kardi.
Kata “lebih” dapat mendahului sebuah kata bilangan yang menentukan kata sifat. Menunjukan jauh “far”, sedikit “a little”, dan petunjuk dalam jarak, berat, dan ukuran. Contoh:
Rumah saya jauh/sedikit lebih besar.
Rumah saya dua kali lebih besar.
Frase seperti “as big as” (lebih besar daripada)’ mengungkapkan bentuk ekuatif (bentuk persamaan), sebutan dibawah. Bagaimanapun, ungkapan “twice as big as” (dua kali lebih besar) sama pengertiannya dengan “two times bigger than” (dua kali lebih besar), ini disebut juga frase komparatif. Contoh:
Rumah saya dua kali lebih besar daripada rumah Kardi.
b. Superlative phrases (frase Superlatif)
Frase Superlatif menunjukan tingkat kualitas yang paling tinggi dibandingkan frase komparatif. Kita bisa menggunakan kata “paling” atau prefiks ter-, lebih ‘most’, sebelum kata sifat: paling besar “biggest”, terbaik “best”.
Frase superlatif dapat diikuti kata bilangan dalam frase yang memberikan batasan informasi frase, mencakup frase awal dengan kata “di” dan “dari”:
Ini restoran yang terbaik di kota. This is the best restaurant in the town.
Parman orang yang paling kaya dari semua teman saya. Paman is the richest of all my friends.
Prefiks ter- tidak selalu digunakan dengan berbagai kata sifat dibandingkan dua suku kata, dengan menggunakan kata “paling” menjadi paling berani “bravest”. Frase superlatif sering berisikan kata kerja perbuatan seperti kata sifat. Dalam hal ini kata “paling” dapat digunakan. Misal, paling berguna “most useful”, paling menyenangkan “most pleasing”. Ketika frase superlatif terjadi pada kata benda sering didahului dengan kata “yang”.
c. Equative phrase (frase ekuatif)
Frase ekuatif menyatakan kualitas yang sama atau hampir sama dengan sesuatu yang dibandingkan.
Kita dapat menggunakan kata se- untuk kata sifat. Misalnya pada kalimat Gedung ini setinggi gedung itu. Maksud setinggi dari kalimat tersebut adalah menunjukan persamaan (persisi sama) antara gedung yang ini dan gedung itu (yang ditunjukan).
Kita dapat menggunakan frase dengan menggunakan kata “sama + kata sifat + -nya + dengan”. Contoh:
Gedung ini sama tingginya dengan gedung itu.
Dua bentuk tidak selalu dapat menggantikan satu sama lainnya. Hanya salah satu dengan se- dapat mengikuti kata “tidak”. Hanya bentuk kata “sama”... –nya dapat digunakan dua benda dibandingkan diungkapkan pada subjek. Contoh:
John tidak setinggi saya. Maksudnya saya tinggi, sedangkan John pendek bila dibandingkan dengan saya.
John dan Mary sama pandainya. Maksudnya John dan Mary sama-sama pandai, tidak ada yang di bandingkan.
Hampir “almost” dapat didahului se- frase. Contoh:
Dia hampir setinggi saya. He is almost, as tall as me.
Berdasarkan ketiga perluasan frase kata sifat diatas dalam buku Understanding Indonesian Grammar terdapat pula dalam bahasa Indonesia. Hanya saja dalam bahasa Indonesia disebut dengan tingkat bandingan yang terdapat dalam adjektiva (kata sifat).

3. Frase Predicate (Frase Predikat)
Predikat adalah bagian dari klausa yang mengatakan sesuatu tentang subjek. Predikat wajib memiliki titik tengah. Bisa berupa kata benda, seperti Dia guru “she is a teacher”, sebagai kata sifat “Dia cantik” “she is pretty”, sebagai kata kerja, seperti “Dia tidur” “She is sleeping”, atau salah satu dari sejumlah kelas kata yang lain. Sebuah frase predikat opsional mengandung beberapa komponen lainnya, hal yang lebih penting akan dibahas di bawah ini. Penanda waktu dan kata bantu (modals) menjelaskan konsep seperti tense dan aspek, yang mana bagian dari penanda kata kerja dalam bahasa Inggris.
Perluasan frase predikat menurut Sneddon terbagi menjadi 2 kategori:
a. Temporal marker (Penanda Waktu)
Penanda waktul menyatakan bahwa sebuah tindakan atau keadaan yang telah terjadi, sedang terjadi, atau belum terjadi. Contoh:
Saya sudah makan. I’ve eaten.
Dia sedang makan. She has sat down.
Kemarin dia akan makan di restoran tapi uangnya habis. Yesterday she was going to eat at restaurant but she had no money left.
Penggunaan kata “telah” sama artinya dengan kata “sudah” hanya lebih formal, penggunaan kata “sedang” menunjukan perbuatan yang sedang berlangsung, kata “pernah” menunjukan kejadian yang telah terjadi dimasa lalu atau digunakan untuk terjadi, kata “akan” menunjukan tindakan di masa datang atau hal yang direncanakan, kata “masih” menunjukan tindakan yang masih terjadi, dan kata “baru” menunjukan tindakan yang baru saja terjadi.
Penanda waktu dapat digabung; hanya pada umumnya penggabungan menggunakan akan dan lainnya. Contoh:
Kami akan sudah selesai kalau Anda kembali jam lima.
Penanda waktu dapat terjadi dengan kata benda dan kata sifat, meskipun beberapa penggabungan tersebut jarang terjadi. Misalnya dalam kalimat:
Ratna sudah guru. Kata “sudah menandakan waktu yang telah terjadi, sedangkan kata “guru” menunjukan kata benda. Contoh yang lainnya misalnya dalam kalimat Ratna masih cantik. Kata “masih” menunjukan penanda waktu yang masih terjadi, sedangkan kata “guru” menunjukan kata sifat.
b. Modals (Kata Bantu)
Modals mengacu pada konsep seperti kemungkinan, kemampuan, dan kebutuhan. modals yang sering muncul adalah can (dapat), be able (bisa), may (boleh), be allowed (boleh), must (harus), have to (harus).
Terjemahan ini berbeda tergantung pada tindakan apakah termasuk past (lampau), present (sekarang), future (yang akan datang), sebagai contoh:
Saya harus pergi. I have to go.
Kemarin saya harus pergi. Yesterday I had to go.
Besok saya harus pergi. Tomorrow I will have to go.
Kalimat pertama dengan kata “harus pergi” menunjukan kejadian sekarang (present), kalimat kedua “harus pergi” menunjukan kejadian yang sudah terjadi (past), dan kalimat ketiga “harus pergi” menunjukan kejadian untuk yang akan datang (future).
Sejumlah penanda waktu dan kata bantu yang terjadi seperti yang ada di bawah ini:
Saya akan harus menemui dia. I will have to meet him.

Dari beberapa pembahasan frase nomina/kata benda, frase adjektif/kata sifat, dan frase predikat diatas dalam bahasa Inggris, sebenarnya sama saja dalam aturan tata bahasa bahasa Indonesia, hanya saja dalam konteks tertentu terdapat beberapa perbedaan antara struktur bahasa Inggris dengan struktur bahasa Indonesia.
Pada pembahasan artikel diatas terkait frase nomina, frase adjektif, dan frase predikat diatas semoga bermanfaat untuk pembaca pada umumnya, pelajar dan guru bahasa Indonesia pada khusunya. Aturan Tata Bahasa Bahasa Indonesia juga hendaknya diterapkan sebaik-baiknya untuk pengajar asing (Bahasa Indonesia Penutur Asing) agar kelak tidak terjadi pertentangan yang merumitkan. Seorang pengajar harus menjelaskan secara jelas kepada pembelajar bagaimana aturan tata bahasa dalam bahasa Indonesia maupun dalam bahasa Inggris.



Daftar Rujukan:
Alwi, Hasan., dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Ramlan.2005. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis.Yogyakarta: C.V. Karyono.
Tim Penyusun. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.