Kamis, 22 Maret 2012

ice bab 1


BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang Masalah
Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek penting, yaitu (1) keterampilan mendengarkan (listening skills), (2) keterampilan berbicara (speaking skills), (3) keterampilan membaca (reading skills), dan (4) keterampilan menulis (writing skills). Keempat keterampilan tersebut saling berkaitan, tidak dapat dipisahkan, dan salah satunya adalah menulis. Menulis merupakan satu di antara empat keterampilan yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran di sekolah.
Pembelajaran keterampilan menulis memiliki berbagai macam bentuk. Salah satunya adalah menulis puisi. Mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam puisi bebas merupakan Standar Kompetensi dalam menulis untuk siswa SMP dan MTs. Standar Kompetensi tersebut ada pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII Semester 2 dengan Kompetensi Dasar menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai. Berdasarkan  hal tersebut, penulis mengetahui keterampilan menulis puisi merupakan pembelajaran yang harus dikuasai siswa. Dalam pembelajaran menulis puisi, siswa tidak hanya dapat mengembangkan kemampuan membuat puisi, tetapi juga mencermati pemilihan diksi, dan memiliki kemampuan untuk menuangkan ide atau gagasan dengan cara membuat puisi yang menarik untuk dibaca.
Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek penting dalam proses komunikasi (Tarigan, 1994: 19). Dengan menulis, kita bisa menyampaikan ide-ide atau perasaan ke dalam bentuk tulisan. Melalui menulis, kita dapat mengekspresikan berbagai macam ekspresi yang kita rasakan seperti perasaan senang, sedih, kecewa, putus asa, menyerah, menyesal atau yang lainnya. Namun, mengungkapkan perasaan yang dirasakan lewat tulisan tidaklah semudah membalikan telapak tangan.
Abercrombie (2008: 157) menyatakan bahwa rasa takut musuh nomor satu dalam menulis. Lebih lanjut Abercrombie (2008: 157) menyatakan bahwa rasa takut dapat melumpuhkan kita sehingga kita hanya bisa memandangi kertas kosong atau layar komputer saja. Adanya pernyataan tersebut memperkuat bahwa menulis tidak semudah yang dibayangkan, dengan adanya ide untuk menulis namun ketika dituangkan ke dalam secarik kertas terkadang menemukan kesulitan. Adanya perasaan takut salah, takut kurang enak ketika diperdengarkan kepada orang lain, dan bahasa yang monoton menjadi sebab seseorang takut untuk memulai menulis. Alwasilah (2005: 42) juga mengungkapkan bahwa “Menulis tidak sesederhana dan semudah membalikan telapak tangan. Menulis tidak hanya menuangkan kata-kata atau ucapan belaka. Artinya, tulisan tidak sama dengan ujaran. Tulisan melibatkan kerja keras.”
Keterampilan menulis memang memiliki tingkat kompleksitas yang cukup tinggi. Syamsudin (dalam Sutarman, 2009: 179) mengungkapkan bahwa menulis merupakan keterampilan berbahasa yang tidak sederhana. Kesulitan dalam menulis pun diakui oleh Nurgiantoro dan Alwasilah (dalam Sutarman, 2009: 179) bahwa kemampuan menulis lebih sulit dikuasai dibandingkan dengan ketiga kemampuan berbahasa lainnya. Hal tersebut pun dipertegas oleh Rusyana (dalam Sutarman, 2009: 179) yang mengungkapkan bahwa kemampuan menulis mencakup berbagai kemampuan di dalamnya.
Keterampilan menulis  merupakan  kemampuan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan memakai bahasa tulisan yang baik sesuai kaidah kebahasaan. Selain itu, menulis harus dilakukan secara efektif dan efisien, mengingat menulis merupakan kegiatan produktif dan ekspresif.
Sekait dengan menulis sebagai salah satu aspek berbahasa dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMP dan MTs, siswa dituntut untuk mampu mengorganisasikan pemikiran, ide, dan perasaannya dalam berbagai bentuk tulisan baik sastra maupun non sastra. Salah satu tulisan dalam ranah sastra adalah puisi.
Menulis puisi adalah kegiatan menulis yang bersumber dari pengalaman maupun imajinasi yang penuh makna dan bernilai seni. Puisi itu karya estetis yang bermakna, yang mempunyai arti, bukan hanya sesuatu yang kosong tanpa makna (Pradopo, 2009:3). Lebih lanjut Pradopo (2009: 7) menyatakan bahwa puisi merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan.
Penelitian tentang menulis puisi banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Penelitian itu di antaranya oleh Megasari (2011), dengan persentase kenaikan nilai rata-rata siswa prates-pascates di kelas eksperimen sebesar 14,06% dan di kelas kontrol sebesar 7,14%. Artinya, penelitian yang dilakukan tentang menulis puisi dengan menggunakan metode waking hypnosis efektif diterapkan dalam pembelajaran puisi.
Penelitian yang sejenis juga dilakukan oleh Sartika (2010). Hasil penelitian menyatakan bahwa penggunaan teknik akrostik dalam pembelajaran puisi mampu mengarahkan siswa dalam kegiatan menulis puisi dan mampu mengatasi kesulitan siswa dalam pembelajaran menulis.
Kemudian Sangadji (2011) pun mengadakan penelitian yang masih terkait dengan menulis puisi. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa penggunaan media video dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa.
Penelitian-penelitian di atas dilakukan semata-mata karena adanya permasalahan pembelajaran khususnya kendala dalam menulis puisi. Oleh karena itu, penelitian-penelitian tersebut menyatakan bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh guru selama ini dinilai kurang kreatif. Rendahnya kemampuan menulis puisi disebabkan oleh pembelajaran yang diciptakan dinilai kurang efektif, baik dalam hal metode-metode pengajarannya, strategi yang kurang tepat untuk diberikan kepada siswa, maupun teknik-teknik pembelajaran yang dinilai kurang kreatif dan membosankan. 
Salah satu usaha guru untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa adalah dengan pemilihan media yang tepat. Menurut Hamalik (1986) dalam (Arsyad, 2011: 15) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat  membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Sejalan dengan uraian ini, Yunus (Arsyad, 2011: 16), mengungkapkan bahwasannya media pembelajaran paling besar pengaruhnya bagi indera dan dapat menjamin pemahaman. Selain itu, Ibrahim (Arsyad, 2011: 16) menjelaskan betapa pentingnya media pembelajaran karena media pembelajaran membawa dan membangkitkan rasa senang dan gembira bagi murid-murid dan memperbarui semangat mereka, media membantu memantapkan pengetahuan pada benak para siswa serta menghidupkan pelajaran.
Dari manfaat-manfaat yang didapatkan jika menggunakan media dalam pembelajaran, maka penulis ingin mengaplikasikannya dalam pembelajaran menulis puisi.  Media yang akan digunakan adalah media film pendek. Penggunaan media film pendek dalam pembelajaran merupakan alat yang dapat membantu siswa agar lebih mudah memahami teknik penulisan puisi. Dengan media film pendek tersebut siswa akan memiliki gambaran yang lebih fokus tentang peristiwa yang telah disaksikan. Selain itu, media film pendek juga merangsang kecerdasan siswa, membuka wawasan dan pikiran siswa serta dapat mengingat materi pembelajaran dengan lebih baik. Hal tersebut disebabkan karena  film mengandung unsur visual, audio, dan dramatik yang menggugah perasaan sehingga mempermudah siswa dalam menuangkan gagasan.
Penelitian ini difokuskan pada permasalahan yang berkaitan dengan media film pendek sebagai alat pembelajaran dalam menulis puisi. Alasan penulis memakai media film pendek dalam pembelajaran menulis puisi ini karena sifat dari puisi adalah karya yang imajinatif. Siswa dapat berimajinasi dan merangkai kata dari apa yang telah dia lihat. Media film pendek diperlihatkan kepada siswa dengan tujuan siswa bisa berimajinasi dan bisa membuat puisi sesuai apa yang dialaminya. Karena dalam penayangan pada media film pendek, ada berbagai peristiwa yang dialami atau dilihat melalui tokoh-tokohnya. Hal ini sangat berguna bagi perkembangan moral siswa dalam memenuhi norma kehidupan bermasyarakat. Selain itu, agar siswa lebih mengenal lebih dekat dengan media, khususnya media film pendek yang tidak membutuhkan waktu yang lama dalam penayangannya.
Penelitian mengenai media film sebelumnya pernah dilakukan oleh Sumaryati (2009) dengan hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan siswa setelah penggunan media tayangan televisi dalam pembelajaran menulis cerpen. Berdasarkan hasil analisis, peningkatan tersebut terlihat pada beberapa aspek, yaitu ejaan, diksi, judul, alur, tokoh dan penokohan, latar, dan amanat.  Selain itu Mulyati (2011) pernah melakukan penelitian sejenis dengan hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan menulis karangan narasi siswa mengalami peningkatan setelah mendapat perlakuan dengan media film fiksi.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penelitian sebelumnya mengarah pada penggunaan media tayangan film televisi dengan keterampilan menulis cerpen dan penggunaan media film fiksi dalam keterampilan menulis karangan narasi. Sementara itu, penelitian ini difokuskan pada penggunaan media film pendek dengan keterampilan menulis puisi. Oleh karena itu, penulis mencoba melakukan penelitian dengan judul “Penggunaan Media Film Pendek dalam Pembelajaran Menulis Puisi (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VIII SMPN 10 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012)”.
B.            Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut.
1.        Pembelajaran menulis puisi dianggap sebagai pembelajaran yang sulit bagi sebagian siswa dan siswa takut untuk memulai menulis.
2.        Pembelajaran menulis puisi hendaknya menggunakan metode atau media yang tepat agar siswa lebih mudah untuk menulis puisi.
3.        Menulis puisi merupakan kegiatan menulis yang bersumber dari pengalaman maupun imajinasi, sehingga dalam prakteknya siswa merasa kesulitan dalam menuangkan ide atau gagasan yang harus dituangkan dalam puisi.


C.           Pembatasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini hanya difokuskan pada pengaruh penggunaan media film terhadap kemampuan menulis puisi siswa SMP kelas VIII Semester II.
D.           Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut.
1.        Bagaimanakah kemampuan siswa kelas VIII dalam menulis puisi sebelum menggunakan media film pendek?
2.        Bagaimanakah kemampuan siswa kelas VIII dalam menulis puisi sesudah menggunakan media film pendek?
3.        Adakah perbedaan yang signifikan pada siswa kelas VIII dalam menulis puisi antara sebelum dan sesudah menggunakan media film pendek?
E.            Tujuan Penelitian
Dengan diadakannya penelitian ini, peneliti ingin mengetahui hal-hal berikut.
1.        Mendeskripsikan kemampuan menulis puisi siswa kelas VIII sebelum menggunakan media film pendek.
2.        Mendeskripsikan kemampuan menulis puisi siswa kelas VIII sesudah menggunakan media film pendek.
3.        Mendeskripsikan perbedaan yang berarti pada siswa kelas VIII dalam menulis puisi antara sebelum dan sesudah menggunakan media film pendek.
F.            Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.        Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat menerapkan media film pendek dalam pembelajaran menulis puisi.
2.        Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi.
3.        Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kemampuan menulis puisi setelah menggunakan media film pendek dalam pembelajaran menulis puisi.
F.            Anggapan Dasar
Adapun anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.        Pembelajaran menulis puisi merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa SMP kelas VIII.
2.        Pembelajaran menulis puisi harus dilakukan dengan total dan sungguh-sungguh sesuai dengan tujuan pembelajaran.
3.        Penggunaan media yang tepat menjadi faktor penentu keberhasilan pembelajaran menulis puisi khususnya.
G.           Hipotesis
Hipotesis awal yang  diajukan dalam penelitian ini adalah:
H0= tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kemampuan menulis puisi siswa sesudah diterapkan media film pendek.
Ha= terdapat perbedaan yang signifikan pada kemampuan menulis puisi siswa sesudah diterapkan media film pendek.
H.           Definisi Operasional
Agar tidak menimbulkan kesalahan pemahaman dalam penelitian ini, peneliti perlu mendefinisikan beberapa konsep kunci dalam penelitian ini. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.
1.        Pembelajaran menulis puisi adalah proses pembelajaran menulis puisi dengan tema yang bersumber dari Nilai Kehidupan yang terdapat pada film pendek yang ditayangkan.
2.        Media film pendek adalah bagian dari media pembelajaran audio visual dengan cara mengemas dan menyajikan media tersebut berupa film pendek/menonton film pendek dengan durasi singkat yang berjudul “Biaya Sekolah”, “Kalung Indah”, dan “Sepotong Kue keju”.
3.        Kemampuan menulis puisi adalah kemampuan siswa menuangkan perasaan, imajinasi, pikiran dalam bentuk untaian kata berupa larik dan bait.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar